Talk Show AMA Franchise Air Minum Biru
Uncategorized
26 Desember 2024
SURABAYA – Pendiri sekaligus Pemimpin Jaringan Waralaba Franchise Air Minum Biru, Yantje Wongso menjadi tamu dalam Program Interactive Talk Show Inspirasi Bisnis Radio Smart FM Surabaya. Dalam talk show yang dipandu Didi Cahya dan William dari Asosiasi Manajemen Indonesia (AMA) tersebut, Yantje memaparkan konsep bisnis Franchise Air Minum Biru yang sukses menguasai pasar air minum isi ulang di 20 Kota di Indonesia.
“Biru dimulai dari 2002 dengan satu gerai di Darmo Kali Surabaya dan sampai saat ini masih ada gerainya. Saat kita mulai 2002 ada sekitar 400 depot air isi ulang lain di Surabaya dan yang paling ramai di Rungkut. Namun saat itu saya masih ragu dengan kualitas air minum isi ulang,” katanya, di Studi Smart FM Surabaya, Rabu (22/02).
Yantje menjelaskan, depot air minum yang dilihatnya sangat ramai didaerah Rungkut dikarenakan menawarkan harga yang murah. Lalu dirinya melakukan riset bersama adiknya guna meningkatkan kualitas air minum isi ulang yang diproduksi. Mengacu pada induk bisnisnya, kata dia, seluruh pabrikan air minum dalam kemasan (AMDK) menggunakan Teknologi Ozon. Sehingga Depot Air Minum Biru yang dikembangkannya mengusung konsep serupa. Yakni menggunakan Teknologi Ozon 100 Persen.
“Kami berdua eksperimen dan berhasil mengaplikasikan teknologi ozon di depot air minum. Sehingga itulah yang membedakan Biru dengan air isi ulang lain dari sisi kualitas,” jelasnya.
Penggunaan teknologi ozon yang setara dengan pabrikan tentunya membuat hitungan bisnis harus lebih cermat. Karena itulah, dari sisi volume penjualan harus tinggi agar biaya produksi bisa ditekan dan harga jualnya sama dengan air isi ulang pada umumnya. Bak gayung bersambut, Gerai Air Minum Biru yang dijalankannya memiliki penjualan melebihi depot air minum isi ulang pada umumnya.
Selain dari sisi kualitas air minumnya, Yantje juga berusaha memperbaiki konsep penampilan depot air minum. Selama ini, konsep tampilan depot air minum selalu menampilkan mesin dan peralatan teknis guna menarik konsumen. Konsep tampilan ini berusaha dihilangkan oleh Biru karena ingin pelanggan mempercayai Biru sebagai ‘people’. Bukan semata-mata peralatan teknis dan permesinan. Pun demikian dengan karyawan yang memberikan pelayanan. Pada depot air minum isi ulang lain, jumlah karyawan hanya 1 hingga 2 orang yang bekerja seharian. Namun di Biru, pihaknya membagi karyawan dalam dua shift kerja dengan masing-masing 3 orang karyawan per shiftnya.
“Jadi ada banyak hal yang kita pelajari dan lakukan sehingga pelanggan mencoba Biru, jatuh cinta pada Biru dan riil Biru itu ada memberikan air minum yang bagus sesuai standar dengan harga yang murah. Sepertiga dari harga pabrik dan hematnya banyak sekali,” tambahnya.
Dalam talkshow tersebut, dirinya menjelaskan mengapa bisnis Depot Air Minum Biru masuk Franchise. Yantje mengatakan, alasan terbesarnya untuk memfranchisekan Depot Air Minum Biru adalah ingin berbagi sukses. Dirinya beranggapan bisnis sukses yang digelutinya akan lebih bermakna jika bisa dikerjakan oleh orang lain.
“Kita anggap bisnis sukses ini sebagai hadiah. Jika orang yang menerima hadiah ini menyia-yiakannya maka yang rugi siapa?. Ya kerugian dia, dan saya tidak akan memberikannya lagi,” katanya.
Karena itu, tambah Yantje, pihaknya dalam menerima calon Franchisee menggunakan sistem dan pendekatan rekrutmen. Sehingga Franchisor mengenali Franchisee dan bisa berbagi sukses yang sama.
Dalam kesempatan tersebut, Yantje juga menjelaskan bisnis retail yang dikerjakannya harus bisa menguasai wilayahnya sendiri. Sehingga konsep pemasaran secara ‘gerilya’ sesuai wilayah pemasaran akan lebih mengena kepada pelanggan. Disamping melakukan edukasi secara informatif lewat brosur serta media sosial seperti kampanye ‘Makan Air’ yang tengah dikerjakan oleh Franchise Air Minum Biru.
“Pelanggan air minum itu butuh minum terus menerus dan akan jadi pelanggan yang loyal. Yang kita perlukan adalah mempertahankan pelanggan lama dengan terus mencari pelanggan baru sehingga penjualan akan terus bertumbuh,” tuturnya.